Kamis, 03 Mei 2012

Khulafaur Ar-Rasyidin

BAB I
PENDAHULUAN
Muhammad Saw., disamping sebagai Rasululloh juga sebagai kepala pemerintahan dan pemimpin masyarakat. Setelah beliau wafat, fungsi sebagai rosululloh tidak dapat digunakan oleh siapapun manusia didunia ini, karena pemilihan fungsi tersebut adaah mutlak dari Alloh Swt.
Fungsi beliau sebagai kepala pemerintahan dan pemimpin masyarakat harus ada yang menggantikannya. Pemerintahan islam berikutnya dipimpin oleh sahabat-sahabat terdekatnya. Kepemimpinan dari para sahabat rosul ini disebut periode Al-Khulafa Ar-Rasyidun (para pengganti yang mendapatkan bimbingan atau jalan yang lurus). Ada empat kholifah yaitu :
1.      Abu Bakar As-Shiddiq         11-13 H /632-634 M
2.      Umar Ibn Khoththob            13-23 H /634-644 M
3.      ‘Utsman Ibn ‘Affan              23-35 H /644-656 M
4.      Ali Ibn Abi Tholib                35-40 H /656-661 M
Para kholifah tersebut menjalankan pemerintahan dengan bijaksana, karena dekatnya hubungan pribadi mereka dengan Nabi Muhammad Saw., dan otoritas keagamaan yang mereka miliki. Kekholifahan ini secara politik didasarkan pada komunitas muslim Arabia dan pada kekuatan kesukuan bangsa Arab yang berhasil menundukan imperium timur tengah.
     Meskipun hanya berlangsung 30 tahun, masa khulafaurrosyidin adalah masa yang penting dalam sejarah islam. Khulafaur rosyidun berhasil menyelamatkan islam, mengkonsolidashulafaur rosyidun berhasil menyelamatkan islam, mengkonsolidasikan dan meikan dan meletakkan dasar bagi keagungan umat islam. Kholifah Abu Bakar menyelamatkan umat islam dari perpecahan karena masalah pergantian kepemimpinan setelah wafatnya rosululloh. Ia juga menyelamatkan islam dari bahaya besar orang-orang murtad dan nabi-nabi palsu, juga mebahaya besar orang-orang murtad dan nabi-nabi palsu, juga memperrtahankan kebe kebenaran islam. Pepemerintahan umar berhasil mengkonsolidasi islam di Arabia, menghancurkan kekaisaran persia, dan bizantium.
Kholifah utsman menambah ekspansi imperium Arab yang lebih juh diAsia tengah, Kholifah Ali berusaha keras untuk mengatasi kekacauan-kekacauan dalam negeri.

BAB II
PEMBAHASAN
A.    Pengrtian Khulafaur Rasyidin
 Istilah khulafaur Rasyidin berasal dari sebuah filsafat yang disandarkan kepada Nabi Muhammad saw. Dalam riwayat tersesbut dikatakan bahwa Nabi Muhammad saw bersabda :
Umatku akan terpecah-pecah menjadi 73 golongan, semuanya akan ditempatkan di neraka, kecuali satu golongan saja. Apa yang satu golongan itu? tanya seorang sahabat. Nabi saw menjawab : “kelompok ahlus sunah wal jamaah.“ sahabat bertanya lagi “siapakah mereka” nabi saw menjawab “mereka yang taat pada sunahku dan sunnah khulafaur rasyidin”[1]
Daulat Khulafaurrasyidin (11-40 H/632-661 M) yang berkedudukan di Madinah al-Munawarah itu, berkuasa selama 30 tahun. Akan tetapi masa pememrintahan yang teramat singkat itu sangat menentukan sekali bagi kelanjutan agama Islam dan bagi perkembangan kekuatan agama Islam.
Al-khulafaurrasyidin bernmakna pengganti-penggati Rasul yang cendekiawan. Adapun pencetus nama Khulafaurrasyidin adalah dari orang-orang muslim yang aling dekat dari rasul setelah meninggalnya beliau. Mengapa demikain, karena mereka menganggap bahwa empat tokoh sepeninngal Rasul itu orang yang selalu mendampingi Rasul ketika beliau menjadi pemimpin dan dalam menjalani tugas.
Nabi Muhammad tidak menunjuk siapa yang menggantikan sepeninngalnya dalam memimpin umat islam yang baru terbentuk. Masalah suksesi mengakibatkan suasana politik umat islam menjadi sangat tegang. Ada 3 golongan yang bersaingan keras dalam perebutan kepemimpinan ini, Anshor, Muhajirin dan keluarga hasim. Dalam pertemuan di balas Bani Sangudah di Madinah, kaum Anshor mencalonkan Sa’ad Ibn Ubaddah. Sedangkan Muhajirin mendesak Abu Bakar sebagai calon mereka karena Ia dipandang paling layak menggantikan Nabi. Dipihak lain terdapat sekelompok orang yang menghendaki Ali ibn abi thalib. Masing-masing golongan berhak menjadi penerus Nabi. Namun berkat tindakan tegas dari 3 orang yaitu, Umar, Abu Bkar dan Abu Ubaidah ibn Jaroh memaksa Abu Bakar sendiri sebagai pengganti Nabi Muhammad saw. Dengan semangat ukhuwah islamiyah yang tinggi, akhirnya Abu Bakar yang terpilih.[2]

B.     Kondisi Masyarakat sepeninggal Muhammad SAW.
Meninggalnya Rasulullah pada usia 63 tahun,meninggalkan kesan dan pengaruh yang kuat pada kaum muslimin. Meskipun mereka baru saja menerima fatwa-fatwa bahwa seorang nabi tidak dapat hidup selama-lamanya. Dengan wafatnya Rasul, umat muslim dihadapkan pada suatu krisis konstitusional. Rasul tidak menunjuk penggantinya, bahkan tidak pula membentuk suatu majlis untuk masalah tersebut. Ada sejumlah suku yang menolak memberi penghormatan kepada khalifah yang baru, bahkan menolak pemerintahannya.
Pembangkangan sebagian umat islam dikarenakan keislaman mereka yang belum baik. Setelah orang-orang arab berbondong-bondong masuk islam saat fathu makkah (8 H), Rasul belum sempat berbuat banyak untuk mengajari mereka tentang prinsp-prinsip dan ajaran islam. Beliau baru mampu menghimpun orang-orang tertentu yang telah berpengalaman dan benar-benar mengerti islam. Hal ini disebabkan karena luasnya wilayah arabia dan jauhnya dari pusat pemerintahan sehingga sulit untuk dijangkau. Akibatnya mereka masuk islam tapi belum mempelajari islam itu sendiri. Ada juga yang masuk islam untuk menghindari peperangan melawan kaum muslimin, karena mereka tidak tau bahwa kaum muslimin berperang semata-mata untuk membela diri bukan untuk meyerang.

C.     Sistem Pemilihan Kholifah
Permasalahan politik yang pertama kali muncul sepeninggal Rasulullah adalah siapakah yang akan menggantikan Beliau sebagai kepala pemerintahan dan bagaimana sistem pemerintahannya. Rasul mengajarkan suatu prinsip yaitu, musyawarah sesuai dengan ajaran islam itu sendiri.[3]
1.      Abu Bakar ash-Shiddiq
Nama aslinya ialah Abdullah ibn Abu Quhaifah Attamini. Abu bakar     memangku jabatan khalifah selama 2 tahun lebih sedikit, yang dihabiskan nya terutama untuk mengatasi berbagai macam masalah dalam negeri yang muncul akibat wafatnya Nabi dan Abu Bakar telah membangun kembali kesadaran dan tekad umat untuk bersatu mau melanjutkan tugas membangun mulya Nabi. Yang pertama kali menjadi perhatian khalifah adalah merealisasikan keinginan Nabi yang hampir tidak terlaksana. Yaitu mengirimkan ekspedisi ke perbatasan syiria dibawah pimpinan Usamah untuk membalas pembunuhan ayahnya, Zaid, dan kerugian yang diderita oleh umat islam dalam perang Mut’ah.
Prioritas lain yang dilaksanakan oleh pemerintahan Abu Bakar adalah hilangnya beberapa orang arab dari ikatan islam, yang lebih dikenal dalam islam adalah “Riddah”. Mereka melepaskan kesetiaan dengan tidak memberikan bai’at kepada khalifah yang baru, dan juga mereka menganggap bahwa perjanjian-perjanjian yang di buat oleh Nabi dengan sendirinya batal disebabkan oleh kematian Nabi.
Selain itu, Abu Bakar menghentikan pergolakan yag ada dalam negeri, beliau juga menghadapi bahaya dari luar yang ada pada gilirannya dapat menghancurkan eksistensi islam.
Setelah beliau meninggal, islam tidak sepenuhnya aman, melihat pasukan islam mengancam .palestina, irak, dan kerajaan Hirrah. Kemudian Umar lah sebagai pengganti beliau atas kemauan Abu Bakar sendiri, dengan maksud mencegah kemungkinan terjadinya perselisihan dan perpecahan dikalangan umat islam. Kebijakan Abu Bakar tersebut dikabulkan oleh umat islam dan sekaligus mereka membai’at khalifah Umar ibn Khattab.
2.      Umar ibn al-Khoththob
Sewaktu masih terbaring sakit, Kholifah Abu Bakar secara diam-diam melakukan tinjauan pendapat terhadap tokoh-tokoh terkemuka dari kalangan sahabat mengenai pribadi yang layak untuk menggantikannya. Pilihan beliau jatuh pada Umar ibn al-Khoththob, namun beliau ingin mendengarkan pendapat tokoh-tokoh yang lain.
Proses peralihan kepemimpinan ini tetap dalam bentuk musyawarah. Pada awalnya terdapat berbagai keberatan mengenai rencana pengangkatan Umar,[4] namun pada akhirnya Umar adalah orang yang paling tepat dalam menduduki kursi kekholifahan, maka pengangkatan Umar mendapat persetujuan dari pihak umat islam.
Ketika Umar terpilih menjadi kholifah, peperangan semakin meningkat, kaum musliin berperang didua medan, yaitu Syiria dan Irak. Pada tahun 635 M. dan setahun  kemudian dua kota jatuh ketangan islam yaitu kota Damaskus, dan Suriah. Dengan memakai Suriah sebagai basis, ekspansi diteruskan ke Mesir dibawah pimpinan Sa’ad ibn Abi Waqos, dan Mesir akhirnya jatuh ketangan islam.dengan adanya gelombang ekspansi dibawah pimpinan kholifah Umar ibn al-Khoththob telah meliputi semenanjung Arabia, juga Palestina,Suriah, Irak, Persia, dan Mesir.
Karena ada perluasan yang sangat pesat maka langkah selanjutnya adalah bagaimana untuk bisa mengatur administrasi negara dengan mencontoh administrasi yang sudah berkembang diPersia.
Melihat begitu pesat kemajuan pemerintahannya, maka Umar mendirikan dewan-dewan pekerjaan umum dan mendirikan baitul mal, menempa mata uang, dan menciptakan tahun hijriah.Umar dikenal seorang yang sangat pandai dalam menciptakan peraturan karena tidak hanya memperbaiki bahkan mengkaji ulang terhadap kebikakan yang telah ada. Kholifah Umar juga  dalam kekuasaan, kholifah Umar terkenal seorang yang sederhana bahkan Ia membiarkan tanah dari negeri jajahan untuk dikelola oleh pemiliknya bahkan melarang kaum muslimin memilikinya, sedangkan prajurit menerima tunjangan dari baitul mal (dihasilkan dari pajak).
Kholifah Umar memerintah selama 10 tahun 6 bulan (13-23 H./634-644 M.) Umar meninggal pada tanggal 25 Dzulhijjah 23 H. Dalam kepemimpinannya yang terakhir beliau menunjuk 6 sahabat untuk dicalonkan sebagai pengganti mereka adalah Utsman ibn Affan, Ali ibn Abi Tholib, Zubai ibn al-Awwan, Sa’ad ibn Abi Waqosh, Abdurrahman ibn Auf, Tholhah ibn Ubaidillah. Setekah Umar wafat tim ini bermusyawarah dan berhasil menunjuk Utsman sebagai Kholifah setelah melalui persaingan yang ketat dengan Ali bin Abi tholib.

3.      Utsman ibn Affan
Nama lengkapnya adalah Utsman ibn Affan ibn Abdil Ash ibn Umayyah dari pihak Quraisy. Ia memeluk islam lantaran ajakan Abu Bakar, dan menjadi salah satu sahabat dekat Nabi sawIa memeluk islam lantaran ajakan Abu Bakar, dan menjadi salah satu sahabat dekat Nabi saw. Masa pemerintahan Utsman adalah yang terpanjang dari semua kholifah yaitu 12 tahun. Para pencatat sejarah membagi masa pemerintahan Utsman ibn Affan menjadi dua peride, 6 Para pencatat sejarah membagi masa pemerintahan Utsman ibn Affan menjadi dua peride, 6 tahun pertama merupakan masa pemerintahan yang baik dan 6 tahun terakhir adalah masa pemerintahan yang buruk.
Separuh pertama Utsman melanjutkan sukses pendahulunya, terutama dalam perluasan wilayah kekuasaan islam. Separuh pemerintahan yang kedua muncul perasaan yang tidak puas dan kecewa diakalangan umat islam sendiri. Mungkin karena Utsman sudah tua, setelah banyak anggota keluarganya yang duduk dalam jabatan-jabatan penting, Utsman laksana boneka, dia tidak banyak komentardan juga beliau tidak tegas terhadap orang-orang bawahan.
Dalam sejarah Utsman sering dikatakan sebagai khoifah yang nepotisme. Tuduhan ini didasarkan pada orang-orang dekat dari keluarga Utsman yang diangkat menjadi pejabat penting. Namun M.A. Shaban memberikan penilaian lain, masa pemerintahan Utsman , kekuasaan islam sudah bertambah luas, oleh karena itu Utsman perlu mengangkat orang-orang yang sangat dipercaya dan setia terhadap pemerintah pusat.
Prestasi terpenting bagi kholifah Utsman  ialah menulis kembali Al-Qur’an yang telah ditulis pada zaman Abu Bakar yang pada waktu itu disimpan oleh Khafsoh binti Umar.
Dalam penulisan Al-Qur’an tersebut kholifah Utsman memberikan arahan dalam penulisan :
a.       Dalam penulisan Al-Qur’an, harus diambil pedoman kepada mereka yang hafal Al-Qur’an.
b.      Kalau ada pertikaian antara mereka tentang bacaan tersebut, maka harus dituliskan menuru dialek mereka, sebagaimana Al-Qur’an diturunkan menurut dialek mereka.
Setelah penulisan Al-Qur’an Utsman mengirimkan mushaf kesetiap kota besar, serta membakar mushaf yang lain dari yang ditulis oleh badan yang terdiri dari 4 orang.Utsman juga berjasa membangun bendungan untuk pengaturan perairan dikota-kota, membangun jalan-jalan, jembatan, masjid, dan memperluas masjid Nabawi di Madinah.
Situasi politik pada masa akhir pemerintahan Utsman semakin mencekam dan timbul pemberontakan-pemberontakan yang mengakibatkan Utsman terbunuh. Utsman wafat pada tanggal 17 Dzulhijah 35 H./655 M. ketika para pemberontak berhasil memasuki rumahnya dan membunuh Utsman saat sedang membaca Al-Qur’an.

4.      Ali ibn Abi Tholib
Ali adalah putra Abi Thalib ibn Abdul Muthalib, ia adalah sepupu Nabi Muhammad saw. Ali diangkat sebagai kholifah dalam situasi politik yang kurang mendukung. Pemberontak yang waktu itu menguasai Madinah tidak mempunyai pilihan lain selain Ali ibn Abi Tholib sebagai kholifah, Waktu itu Ali berusaha menolak, tetapi Zubair ibn Awwam, dan Tolhah ibn Ubaidillah memaksa beliau sehingga Ali menerima baiat mereka.
Sebagai kholifah ke-4 yang memerintah sekitar 6 tahun. Masa pemerintahannya mewarisi kekacauan yang terjadi pada masa pemerintahan kholifah sebelumnya. Langkah awal yang dilakukan Ali adalah menghidupkan kembali cita-cita Abu Bakar dan Umar, ia menarik kembali semua tanah dan hibah yang telah dibagikan Utsman kepada kerabat dekatnya menjadi milik negara.
Selama pemerintahannya ia menghadapi berbagai pergolakan, tidak ada masa sedikitpu dalam masa pemerintahannya yang dikatakan stabil. Setelah memangku jabatan kholifah Ali mengubah apa yang telah ditetapkan oleh Utsman. Dua ketetapan diantaranya :
a.       Memcat kepala-kepala daerah yang diangkat Utsman, dikirim kepala daerah baru yang akan menggantikan.
b.      Mengambil kembali tanah-tanah yang dibagikan Utsman kepada famili-famili dan kaum kerabatnya tanpa jalan yang sah.
Banyak pendukung-pendukung dan kaum kerabat Ali yang menasehatinya supaya menangguhkan tindakan-tindakan yang radikal.Boeh dikatakan bahwa hampir seluruh ahli sejarah dan ahli ketimuran mencela Ali. Mereka mengatakan bahwa Ali tidak bijaksana dan tidak mendapat taufik dalam hal ini.
Dalam pemerintahannya, beliau tidak disenangi pihak oposisi. Peristiwa pembunuhan kholifah Utsman ibn Affan yang menurut berbagai kalangan waktu itu kurang dapat diselesaikan karena fitnah yang sudah terlanjur meluas dan sudah diisyaratkan oleh Nabi Muhammad saw.ketika beliau masih hidup, dan diperparah oleh hasutan-hasutan para pembangkang yang ada sejak zaman Utsman ibn Affan, menyebabksan perpecahan dikalangan kaum muslim sehingga menyebabkan terjadinya perang, konflik berkepanjangan  terjadi hingga akhir pemerintahannya. Perang shiffin yang melemahkan kekholifahannya juga berawal dari masalah tersebut.
Ali ibn Abi Tholib, seorang yang memiliki kecakapan dalam bidang militer dan strategi perang, mengalami kesulitan dalam administrasi negara karena kekacauan luar biasa yang ditinggalkan pemerintahan sebelumnya. Ia meninggal diusia 63 tahun karena pembunuhan oleh Abdurrahman ibn Muljam saat mengimami sholat subuh dimasjid Kufah, pada tanggal 19 ramadhan, dan Ali menghembuskan nafas terakhir pada tanggal 21 ramadhan tahun 40 H. Ali dikuburkan secara rahasia di Najaf.
Selama pemerintahannya kebijakkan Ali selalu ditentang oleh gubernur Damaskus yaitu Muawiyah yang didukung oleh pejabat tinggi lan sehingga timbul peperangan-peperangan. Diantaranya adalah peperangan antara Ali dan Muawiyah yang diakhiri dengan tahkim. Sebenarnya peperangan itu sudah hampir selesai dan akan dimenangkan Ali, namun kelompok Muawiyah mengajukan usulan untuh berunding. Usulan tersebut ditanggapi Ali, ada yang pro ada yang kontra, mereka yang setuju mengikuti kelompok Ali, sedangkan yang tidak setuju membentuk kelompok Khawarij.
Dalam pemerintahannya Ali banyak mengalami pertentangan karena ada anggapan bahwa Ali tidak mampu mengungkap pembunuhan Utsman bahkan Ali dituduh sebagai dalang pembunuhan tersebut. Kelompok khawarij bahkan menyimpulkan bahwa penyebab perpecahan kaum muslimin adalah tiga orang yaitu, Ali, Muawiyah, dan Amr ibn ‘Asy. Agar umat islam kembali bersatu ketiganya harus dibunuh, ketika rencana itu akan dilaksanakan, ternyata hanya Ali yang berhasil dibunuh.

BAB III
PENUTUP
A.    Kesimpulan
Dari pembahasan keempat kholifah diatas, dapat di ambil kesimpulan bahwa, pemerintahan khulafaur rasyidin adalah pemerintahan yang mendapatkan petunjuk karena betul-betul orang yang berlaku baik, jujur, sabar dalam berbagai hal, serta menurut pada teladan Nabi saw.
Islam pada masa khulafaor rasyidin berkembang sangat pesat, dimana setelah kedaulatan Nabi hingga ketimur tengah dan bahkan diluar daerah  itu. islam pada masa khulafaur rasyidin mengalami kemajuan yang pesat, apalagi masa Abu Bakar.
Masa khulafaur rasyidin adalah masa yang pantas ditiru dalam pribadinya karena mereka adalah seorang pemimpin yang adil, bijaksana, sederhana, dan sebagainya.

A.    Saran
Untuk lebih memahami mengenai perkembangan islam masa khulafaur rasyidin, diharapkan para pembaca tidak hanya puas hanya dengan membaca makalah  ini, tetapi bisa juga mencari informasinya langsung dari sumber makalah ini, atau juga buku-buku lain yang menyangkut pembahasan ini, dan dapat mencontoh hal-hal yang baik dan belajar dari kesalahan-kesalahan yang ada.



[1] Dalam riwayat lain dikatakan bahwa Nabi bersabda : fa’alaikum bi as-sunnati wa sunnat al-khulafaurrasyidin. Lihat  Muhammad yusuf al-Qandhawi, hayat as-sahabat, mustafa ahmad al-baz, makkah, 1992, j. I, hlm. 20.
[2]  Fatah syukur, sejarah Peradaban Islam, 2009,hlm. 50.
[3] QS. Ali-imran: 159 dan Asy-syura: 38.
[4] Setelah ada berbagai keberatan dikalangan umat islam, kemudian Tolhah segera menemui Abu Bakar untuk menyampaikannya.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar