BAB I
PENDAHULUAN
Muhammad
Saw., disamping sebagai Rasululloh juga sebagai kepala pemerintahan dan
pemimpin masyarakat. Setelah beliau wafat, fungsi sebagai rosululloh tidak
dapat digunakan oleh siapapun manusia didunia ini, karena pemilihan fungsi tersebut
adaah mutlak dari Alloh Swt.
Fungsi beliau sebagai kepala
pemerintahan dan pemimpin masyarakat harus ada yang menggantikannya.
Pemerintahan islam berikutnya dipimpin oleh sahabat-sahabat terdekatnya.
Kepemimpinan dari para sahabat rosul ini disebut periode Al-Khulafa Ar-Rasyidun
(para pengganti yang mendapatkan bimbingan atau jalan yang lurus). Ada empat
kholifah yaitu :
1.
Abu
Bakar As-Shiddiq 11-13 H /632-634
M
2.
Umar
Ibn Khoththob 13-23
H /634-644 M
3.
‘Utsman
Ibn ‘Affan 23-35 H /644-656 M
4.
Ali
Ibn Abi Tholib 35-40 H
/656-661 M
Para kholifah tersebut menjalankan pemerintahan dengan bijaksana,
karena dekatnya hubungan pribadi mereka dengan Nabi Muhammad Saw., dan otoritas
keagamaan yang mereka miliki. Kekholifahan ini secara politik didasarkan pada
komunitas muslim Arabia dan pada kekuatan kesukuan bangsa Arab yang berhasil
menundukan imperium timur tengah.
Meskipun hanya
berlangsung 30 tahun, masa khulafaurrosyidin adalah masa yang penting dalam
sejarah islam. Khulafaur rosyidun berhasil menyelamatkan islam, mengkonsolidashulafaur
rosyidun berhasil menyelamatkan islam, mengkonsolidasikan dan meikan dan
meletakkan dasar bagi keagungan umat islam. Kholifah Abu Bakar menyelamatkan
umat islam dari perpecahan karena masalah pergantian kepemimpinan setelah wafatnya
rosululloh. Ia juga menyelamatkan islam dari bahaya besar orang-orang murtad
dan nabi-nabi palsu, juga mebahaya besar orang-orang murtad dan nabi-nabi
palsu, juga memperrtahankan kebe kebenaran islam. Pepemerintahan umar berhasil
mengkonsolidasi islam di Arabia, menghancurkan kekaisaran persia, dan
bizantium.
Kholifah
utsman menambah ekspansi imperium Arab yang lebih juh diAsia tengah, Kholifah
Ali berusaha keras untuk mengatasi kekacauan-kekacauan dalam negeri.
BAB II
PEMBAHASAN
A. Pengrtian Khulafaur Rasyidin
Istilah khulafaur Rasyidin berasal dari sebuah
filsafat yang disandarkan kepada Nabi Muhammad saw. Dalam riwayat tersesbut
dikatakan bahwa Nabi Muhammad saw bersabda :
Umatku akan terpecah-pecah menjadi 73
golongan, semuanya akan ditempatkan di neraka, kecuali satu golongan saja. Apa
yang satu golongan itu? tanya seorang sahabat. Nabi saw menjawab : “kelompok
ahlus sunah wal jamaah.“ sahabat bertanya lagi “siapakah mereka” nabi saw
menjawab “mereka yang taat pada sunahku dan sunnah khulafaur rasyidin”[1]
Daulat
Khulafaurrasyidin (11-40 H/632-661 M) yang berkedudukan di Madinah al-Munawarah
itu, berkuasa selama 30 tahun. Akan tetapi masa pememrintahan yang teramat
singkat itu sangat menentukan sekali bagi kelanjutan agama Islam dan bagi
perkembangan kekuatan agama Islam.
Al-khulafaurrasyidin bernmakna pengganti-penggati Rasul yang
cendekiawan. Adapun pencetus nama Khulafaurrasyidin adalah dari orang-orang
muslim yang aling dekat dari rasul setelah meninggalnya beliau. Mengapa
demikain, karena mereka menganggap bahwa empat tokoh sepeninngal Rasul itu
orang yang selalu mendampingi Rasul ketika beliau menjadi pemimpin dan dalam
menjalani tugas.
Nabi Muhammad tidak menunjuk siapa yang menggantikan sepeninngalnya
dalam memimpin umat islam yang baru terbentuk. Masalah suksesi mengakibatkan
suasana politik umat islam menjadi sangat tegang. Ada 3 golongan yang
bersaingan keras dalam perebutan kepemimpinan ini, Anshor, Muhajirin dan
keluarga hasim. Dalam pertemuan di balas Bani Sangudah di Madinah, kaum Anshor
mencalonkan Sa’ad Ibn Ubaddah. Sedangkan Muhajirin mendesak Abu Bakar sebagai
calon mereka karena Ia dipandang paling layak menggantikan Nabi. Dipihak lain
terdapat sekelompok orang yang menghendaki Ali ibn abi thalib. Masing-masing
golongan berhak menjadi penerus Nabi. Namun berkat tindakan tegas dari 3 orang
yaitu, Umar, Abu Bkar dan Abu Ubaidah ibn Jaroh memaksa Abu Bakar sendiri
sebagai pengganti Nabi Muhammad saw. Dengan semangat ukhuwah islamiyah yang
tinggi, akhirnya Abu Bakar yang terpilih.[2]
B.
Kondisi Masyarakat sepeninggal Muhammad SAW.
Meninggalnya Rasulullah pada usia
63 tahun,meninggalkan kesan dan pengaruh yang kuat pada kaum muslimin. Meskipun
mereka baru saja menerima fatwa-fatwa bahwa seorang nabi tidak dapat hidup selama-lamanya.
Dengan wafatnya Rasul, umat muslim dihadapkan pada suatu krisis konstitusional.
Rasul tidak menunjuk penggantinya, bahkan tidak pula membentuk suatu majlis
untuk masalah tersebut. Ada sejumlah suku yang menolak memberi penghormatan
kepada khalifah yang baru, bahkan menolak pemerintahannya.
Pembangkangan sebagian umat islam dikarenakan
keislaman mereka yang belum baik. Setelah orang-orang arab berbondong-bondong
masuk islam saat fathu makkah (8 H), Rasul belum sempat berbuat banyak untuk
mengajari mereka tentang prinsp-prinsip dan ajaran islam. Beliau baru mampu
menghimpun orang-orang tertentu yang telah berpengalaman dan benar-benar
mengerti islam. Hal ini disebabkan karena luasnya wilayah arabia dan jauhnya
dari pusat pemerintahan sehingga sulit untuk dijangkau. Akibatnya mereka masuk
islam tapi belum mempelajari islam itu sendiri. Ada juga yang masuk islam untuk
menghindari peperangan melawan kaum muslimin, karena mereka tidak tau bahwa
kaum muslimin berperang semata-mata untuk membela diri bukan untuk meyerang.
C. Sistem Pemilihan Kholifah
Permasalahan politik yang pertama
kali muncul sepeninggal Rasulullah adalah siapakah yang akan menggantikan
Beliau sebagai kepala pemerintahan dan bagaimana sistem pemerintahannya. Rasul
mengajarkan suatu prinsip yaitu, musyawarah sesuai dengan ajaran islam itu
sendiri.[3]
1. Abu Bakar ash-Shiddiq
Nama aslinya ialah Abdullah ibn
Abu Quhaifah Attamini. Abu bakar memangku
jabatan khalifah selama 2 tahun lebih sedikit, yang dihabiskan nya terutama
untuk mengatasi berbagai macam masalah dalam negeri yang muncul akibat wafatnya
Nabi dan Abu Bakar telah membangun kembali kesadaran dan tekad umat untuk
bersatu mau melanjutkan tugas membangun mulya Nabi. Yang pertama kali menjadi
perhatian khalifah adalah merealisasikan keinginan Nabi yang hampir tidak
terlaksana. Yaitu mengirimkan ekspedisi ke perbatasan syiria dibawah pimpinan
Usamah untuk membalas pembunuhan ayahnya, Zaid, dan kerugian yang diderita oleh
umat islam dalam perang Mut’ah.
Prioritas lain yang dilaksanakan
oleh pemerintahan Abu Bakar adalah hilangnya beberapa orang arab dari ikatan
islam, yang lebih dikenal dalam islam adalah “Riddah”. Mereka melepaskan kesetiaan
dengan tidak memberikan bai’at kepada khalifah yang baru, dan juga mereka
menganggap bahwa perjanjian-perjanjian yang di buat oleh Nabi dengan sendirinya
batal disebabkan oleh kematian Nabi.
Selain itu, Abu Bakar menghentikan pergolakan yag ada
dalam negeri, beliau juga menghadapi bahaya dari luar yang ada pada gilirannya
dapat menghancurkan eksistensi islam.
Setelah beliau meninggal, islam tidak sepenuhnya aman,
melihat pasukan islam mengancam .palestina, irak, dan kerajaan Hirrah. Kemudian
Umar lah sebagai pengganti beliau atas kemauan Abu Bakar sendiri, dengan maksud
mencegah kemungkinan terjadinya perselisihan dan perpecahan dikalangan umat
islam. Kebijakan Abu Bakar tersebut dikabulkan oleh umat islam dan sekaligus
mereka membai’at khalifah Umar ibn Khattab.
2. Umar ibn al-Khoththob
Sewaktu
masih terbaring sakit, Kholifah Abu Bakar secara diam-diam melakukan tinjauan
pendapat terhadap tokoh-tokoh terkemuka dari kalangan sahabat mengenai pribadi
yang layak untuk menggantikannya. Pilihan beliau jatuh pada Umar ibn
al-Khoththob, namun beliau ingin mendengarkan pendapat tokoh-tokoh yang lain.
Proses peralihan kepemimpinan ini
tetap dalam bentuk musyawarah. Pada awalnya terdapat berbagai keberatan
mengenai rencana pengangkatan Umar,[4]
namun pada akhirnya Umar adalah orang yang paling tepat dalam menduduki kursi
kekholifahan, maka pengangkatan Umar mendapat persetujuan dari pihak umat
islam.
Ketika Umar terpilih menjadi
kholifah, peperangan semakin meningkat, kaum musliin berperang didua medan,
yaitu Syiria dan Irak. Pada tahun 635 M. dan setahun kemudian dua kota jatuh ketangan islam yaitu
kota Damaskus, dan Suriah. Dengan memakai Suriah sebagai basis, ekspansi
diteruskan ke Mesir dibawah pimpinan Sa’ad ibn Abi Waqos, dan Mesir akhirnya
jatuh ketangan islam.dengan adanya gelombang ekspansi dibawah pimpinan kholifah
Umar ibn al-Khoththob telah meliputi semenanjung Arabia, juga Palestina,Suriah,
Irak, Persia, dan Mesir.
Karena
ada perluasan yang sangat pesat maka langkah selanjutnya adalah bagaimana untuk
bisa mengatur administrasi negara dengan mencontoh administrasi yang sudah
berkembang diPersia.
Melihat begitu pesat kemajuan
pemerintahannya, maka Umar mendirikan dewan-dewan pekerjaan umum dan mendirikan
baitul mal, menempa mata uang, dan menciptakan tahun hijriah.Umar dikenal
seorang yang sangat pandai dalam menciptakan peraturan karena tidak hanya
memperbaiki bahkan mengkaji ulang terhadap kebikakan yang telah ada. Kholifah
Umar juga dalam kekuasaan, kholifah Umar
terkenal seorang yang sederhana bahkan Ia membiarkan tanah dari negeri jajahan
untuk dikelola oleh pemiliknya bahkan melarang kaum muslimin memilikinya,
sedangkan prajurit menerima tunjangan dari baitul mal (dihasilkan dari pajak).
Kholifah Umar memerintah selama 10
tahun 6 bulan (13-23 H./634-644 M.) Umar meninggal pada tanggal 25 Dzulhijjah
23 H. Dalam kepemimpinannya yang terakhir beliau menunjuk 6 sahabat untuk
dicalonkan sebagai pengganti mereka adalah Utsman ibn Affan, Ali ibn Abi
Tholib, Zubai ibn al-Awwan, Sa’ad ibn Abi Waqosh, Abdurrahman ibn Auf, Tholhah
ibn Ubaidillah. Setekah Umar wafat tim ini bermusyawarah dan berhasil menunjuk
Utsman sebagai Kholifah setelah melalui persaingan yang ketat dengan Ali bin
Abi tholib.
3. Utsman ibn Affan
Nama
lengkapnya adalah Utsman ibn Affan ibn Abdil Ash ibn Umayyah dari pihak
Quraisy. Ia memeluk islam lantaran ajakan Abu Bakar, dan menjadi salah satu
sahabat dekat Nabi sawIa memeluk islam lantaran ajakan Abu Bakar, dan menjadi
salah satu sahabat dekat Nabi saw. Masa pemerintahan Utsman adalah yang
terpanjang dari semua kholifah yaitu 12 tahun. Para pencatat sejarah membagi
masa pemerintahan Utsman ibn Affan menjadi dua peride, 6 Para pencatat sejarah
membagi masa pemerintahan Utsman ibn Affan menjadi dua peride, 6 tahun pertama
merupakan masa pemerintahan yang baik dan 6 tahun terakhir adalah masa
pemerintahan yang buruk.
Separuh pertama Utsman melanjutkan
sukses pendahulunya, terutama dalam perluasan wilayah kekuasaan islam. Separuh
pemerintahan yang kedua muncul perasaan yang tidak puas dan kecewa diakalangan
umat islam sendiri. Mungkin karena Utsman sudah tua, setelah banyak anggota
keluarganya yang duduk dalam jabatan-jabatan penting, Utsman laksana boneka,
dia tidak banyak komentardan juga beliau tidak tegas terhadap orang-orang
bawahan.
Dalam sejarah Utsman sering
dikatakan sebagai khoifah yang nepotisme. Tuduhan ini didasarkan pada
orang-orang dekat dari keluarga Utsman yang diangkat menjadi pejabat penting.
Namun M.A. Shaban memberikan penilaian lain, masa pemerintahan Utsman ,
kekuasaan islam sudah bertambah luas, oleh karena itu Utsman perlu mengangkat
orang-orang yang sangat dipercaya dan setia terhadap pemerintah pusat.
Prestasi terpenting bagi kholifah
Utsman ialah menulis kembali Al-Qur’an
yang telah ditulis pada zaman Abu Bakar yang pada waktu itu disimpan oleh
Khafsoh binti Umar.
Dalam penulisan Al-Qur’an tersebut kholifah
Utsman memberikan arahan dalam penulisan :
a. Dalam penulisan Al-Qur’an, harus
diambil pedoman kepada mereka yang hafal Al-Qur’an.
b. Kalau ada pertikaian antara mereka
tentang bacaan tersebut, maka harus dituliskan menuru dialek mereka,
sebagaimana Al-Qur’an diturunkan menurut dialek mereka.
Setelah penulisan Al-Qur’an Utsman mengirimkan mushaf
kesetiap kota besar, serta membakar mushaf yang lain dari yang ditulis oleh
badan yang terdiri dari 4 orang.Utsman juga berjasa membangun bendungan untuk
pengaturan perairan dikota-kota, membangun jalan-jalan, jembatan, masjid, dan
memperluas masjid Nabawi di Madinah.
Situasi
politik pada masa akhir pemerintahan Utsman semakin mencekam dan timbul
pemberontakan-pemberontakan yang mengakibatkan Utsman terbunuh. Utsman wafat
pada tanggal 17 Dzulhijah 35 H./655 M. ketika para pemberontak berhasil
memasuki rumahnya dan membunuh Utsman saat sedang membaca Al-Qur’an.
4. Ali ibn Abi Tholib
Ali
adalah putra Abi Thalib ibn Abdul Muthalib, ia adalah sepupu Nabi Muhammad saw.
Ali diangkat sebagai kholifah dalam situasi politik yang kurang mendukung.
Pemberontak yang waktu itu menguasai Madinah tidak mempunyai pilihan lain
selain Ali ibn Abi Tholib sebagai kholifah, Waktu itu Ali berusaha menolak,
tetapi Zubair ibn Awwam, dan Tolhah ibn Ubaidillah memaksa beliau sehingga Ali
menerima baiat mereka.
Sebagai kholifah ke-4 yang
memerintah sekitar 6 tahun. Masa pemerintahannya mewarisi kekacauan yang
terjadi pada masa pemerintahan kholifah sebelumnya. Langkah awal yang dilakukan
Ali adalah menghidupkan kembali cita-cita Abu Bakar dan Umar, ia menarik
kembali semua tanah dan hibah yang telah dibagikan Utsman kepada kerabat
dekatnya menjadi milik negara.
Selama pemerintahannya ia
menghadapi berbagai pergolakan, tidak ada masa sedikitpu dalam masa
pemerintahannya yang dikatakan stabil. Setelah memangku jabatan kholifah Ali
mengubah apa yang telah ditetapkan oleh Utsman. Dua ketetapan diantaranya :
a. Memcat kepala-kepala daerah yang
diangkat Utsman, dikirim kepala daerah baru yang akan menggantikan.
b. Mengambil kembali tanah-tanah yang
dibagikan Utsman kepada famili-famili dan kaum kerabatnya tanpa jalan yang sah.
Banyak pendukung-pendukung dan
kaum kerabat Ali yang menasehatinya supaya menangguhkan tindakan-tindakan yang
radikal.Boeh dikatakan bahwa hampir seluruh ahli sejarah dan ahli ketimuran
mencela Ali. Mereka mengatakan bahwa Ali tidak bijaksana dan tidak mendapat
taufik dalam hal ini.
Dalam pemerintahannya, beliau
tidak disenangi pihak oposisi. Peristiwa pembunuhan kholifah Utsman ibn Affan
yang menurut berbagai kalangan waktu itu kurang dapat diselesaikan karena
fitnah yang sudah terlanjur meluas dan sudah diisyaratkan oleh Nabi Muhammad
saw.ketika beliau masih hidup, dan diperparah oleh hasutan-hasutan para
pembangkang yang ada sejak zaman Utsman ibn Affan, menyebabksan perpecahan
dikalangan kaum muslim sehingga menyebabkan terjadinya perang, konflik berkepanjangan terjadi hingga akhir pemerintahannya. Perang
shiffin yang melemahkan kekholifahannya juga berawal dari masalah tersebut.
Ali ibn Abi Tholib, seorang yang
memiliki kecakapan dalam bidang militer dan strategi perang, mengalami
kesulitan dalam administrasi negara karena kekacauan luar biasa yang
ditinggalkan pemerintahan sebelumnya. Ia meninggal diusia 63 tahun karena
pembunuhan oleh Abdurrahman ibn Muljam saat mengimami sholat subuh dimasjid
Kufah, pada tanggal 19 ramadhan, dan Ali menghembuskan nafas terakhir pada
tanggal 21 ramadhan tahun 40 H. Ali dikuburkan secara rahasia di Najaf.
Selama pemerintahannya kebijakkan
Ali selalu ditentang oleh gubernur Damaskus yaitu Muawiyah yang didukung oleh
pejabat tinggi lan sehingga timbul peperangan-peperangan. Diantaranya adalah
peperangan antara Ali dan Muawiyah yang diakhiri dengan tahkim. Sebenarnya
peperangan itu sudah hampir selesai dan akan dimenangkan Ali, namun kelompok
Muawiyah mengajukan usulan untuh berunding. Usulan tersebut ditanggapi Ali, ada
yang pro ada yang kontra, mereka yang setuju mengikuti kelompok Ali, sedangkan yang
tidak setuju membentuk kelompok Khawarij.
Dalam pemerintahannya Ali banyak
mengalami pertentangan karena ada anggapan bahwa Ali tidak mampu mengungkap
pembunuhan Utsman bahkan Ali dituduh sebagai dalang pembunuhan tersebut.
Kelompok khawarij bahkan menyimpulkan bahwa penyebab perpecahan kaum muslimin
adalah tiga orang yaitu, Ali, Muawiyah, dan Amr ibn ‘Asy. Agar umat islam
kembali bersatu ketiganya harus dibunuh, ketika rencana itu akan dilaksanakan,
ternyata hanya Ali yang berhasil dibunuh.
BAB III
PENUTUP
A. Kesimpulan
Dari pembahasan keempat kholifah diatas,
dapat di ambil kesimpulan bahwa, pemerintahan khulafaur rasyidin adalah
pemerintahan yang mendapatkan petunjuk karena betul-betul orang yang berlaku
baik, jujur, sabar dalam berbagai hal, serta menurut pada teladan Nabi saw.
Islam pada masa khulafaor rasyidin berkembang
sangat pesat, dimana setelah kedaulatan Nabi hingga ketimur tengah dan bahkan
diluar daerah itu. islam pada masa
khulafaur rasyidin mengalami kemajuan yang pesat, apalagi masa Abu Bakar.
Masa khulafaur rasyidin adalah masa yang
pantas ditiru dalam pribadinya karena mereka adalah seorang pemimpin yang adil,
bijaksana, sederhana, dan sebagainya.
A. Saran
Untuk lebih memahami
mengenai perkembangan islam masa khulafaur rasyidin, diharapkan para pembaca
tidak hanya puas hanya dengan membaca makalah ini, tetapi bisa juga mencari informasinya
langsung dari sumber makalah ini, atau juga buku-buku lain yang menyangkut
pembahasan ini, dan dapat mencontoh hal-hal yang baik dan belajar dari
kesalahan-kesalahan yang ada.
[1] Dalam
riwayat lain dikatakan bahwa Nabi bersabda : fa’alaikum bi as-sunnati wa
sunnat al-khulafaurrasyidin. Lihat Muhammad yusuf al-Qandhawi, hayat as-sahabat,
mustafa ahmad al-baz, makkah, 1992, j. I, hlm. 20.
[2] Fatah syukur, sejarah Peradaban Islam,
2009,hlm. 50.
[3] QS.
Ali-imran: 159 dan Asy-syura: 38.
[4] Setelah
ada berbagai keberatan dikalangan umat islam, kemudian Tolhah segera menemui
Abu Bakar untuk menyampaikannya.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar